Angkatan Darat dan Marinir AS ternyata merekrut "para penjahat" untuk menjadi calon prajurit mereka. Pentagon mengakui bahwa prajurit Angkatan Darat dan Marinir AS yang memiliki catatan kriminal sebelum masuk ke dinas militer, jumlahnya cukup besar.
Hal ini juga terungkap dari laporan sebuah komite di dewan perwakilan rakyat AS yang memantau kinerja dan reformasi pemerintah. Laporan itu menyebutkan, Angkatan Darat dan Marinir AS merekrut calon prajurit dengan latar belakang catatan kriminal dalam jumlah yang cukup besar pada tahun 2006.
Data statistik menunjukkan bahwa Angkatan Darat dan Korps Marinir AS merekrut sekitar 457 orang yang memiliki catatan kriminalitas pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 jumlahnya meningkat menjadi 861 orang. Catatan kriminal yang dilakukan mulai dari pencurian, perampokan, pencurian mobil, bahkan ada 130 orang yang diketahui memiliki catatan kriminal terkait penyalahgunaan narkoba.
Namun oleh pihak militer para calon prajurit yang memiliki catatan kriminal itu diberikan semacam surat yang membuat mereka kebal dari tuntutan hukum. Bahkan pada calon prajurit yang pernah melakukan pembunuhan, pembakaran, melakukan ancaman ledakan bom, melakukan teror dan mereka yang sudah dinyatakan bersalah melakukan tindak kriminal seksual.
Pada tahun 2006, AD dan Korps Marinir AS mengeluarkan sebanyak 25.098 'surat sakti' tersebut dan pada tahun 2007 jumlahnya bertambah menjadi 27.671 surat pernyataan bebas dari tuduhan bagi para calon prajuritnya memiliki catatan kriminalitas.
Tekanan Perang
AD dan Korps Marinir AS merekrut 'para penjahat' karena desakan kebutuhan mencari prajurit-prajurit baru untuk memenuhi kebutuhan perang mereka, sementara minat warga AS untuk masuk ke dinas militer makin menurun.
Melihat kondisi ini, anggota dewan perwakilan rakyat AS Henry A. Waxman yang mengetuai komite pemantauan kinerja dan reformasi pemerintah megungkapkan keprihatinannya. "Meningkatnya perekrutan terhadap orang-orang dengan catatan kriminal itu sebagai akibat tekanan perang di Irak terhadap militer AS dan minimnya kesiapan militer kita, " kata Waxman.
Survei yang pernah dilakukan militer AS menunjukkan pengerahan pasukan ke medan perang Irak dan Afghanistan menyebabkan minat generasi muda untuk masuk ke dinas militer menurun tajam. Saat ini, AS mengerahkan sekitar 160 ribu pasukannya ke Irak dan 32 ribu pasukan ke Afghanistan.
Sementara itu survei yang dilakukan lembaga Kebijakan Luar Negeri AS dan lembaga Center for a New American Security pada bulan Maret menyimpulkan, perang di Irak dan Aghanistan telah menghancurkan militer AS dan membuatnya dalam kondisi yang serius, terutama makin berkurangnya personel.
Sejumlah pejabat di Pentagon juga mengakui bahwa tekanan akibat perang-perang yang dilakukan AS, membuat mereka terpaksa menurunkan standar perekrutan calon prajurit. Mulai dari standar tingkat pendidikan sampai batas usia maksimum. Bahkan sampai harus mengeluarkan 'surat bebas tuduhan' bagi para calon prajurit yang memiliki catatan kriminal.
"Jumlahnya yang cukup besar, jelas menunjukkan bahwa standar militer makin menurun, " kata Christine Wormouth, peneliti senior di Center for Strategic and International Studies (CSIS) yang berbasis di Washington.
"Sangat sulit bagi saya untuk menyaksikan bahwa mereka akan berdampak negatif pada kualitas pasukan, " tambah Wormouth. (ln/iol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar